Senin, 07 Juni 2010

Anehnya 10 Acara TV yang Sekarang Beredar

1.Super Family




Acaranya sih gak aneh,tapi liat kalo acaranya bubar,pasti nama-nama krunya cepet banget jadi gak bisa dibaca



2.Get Married The Series



Anak kecil kok Get Married



3.Petualangan Panji



Cuma ada orang cari mati



4.Agung Sedayu & Agung Podomoro Group



Cuma bikin sirik orang yang gak punya duit



5.Belajar Indonesia



Kenapa Bule yah…,Negeri seberang yang gak diajarin aja udah jago,ngaku-ngaku lagi



6.Super Deal 2 Milyar



Gampang banget buang-buang duit



7.Upin-Ipin



Kenapa buatan Mala**ia lebih digemari dari buatan Indonesia,yaitu





8.Koki Cilik





Anak kecil kok disuruh masak



9.Loe Boleh GILA



Gila kok dibolehin



10.3 Mas Ketir



Orang buta,tuli,bisu kok diketawain





Posting-GAN CTH punya

Profil Masashi Kishimoto

Masashi Kishimoto lahir di Prefektur Okayama,Jepang,8 November 1974; umur 35 tahun) adalah seorang mangaka Jepang.Saat Kishimoto-smasih kecil, acara TV yang paling favorit salah satunya adalah Doraemon. Semua teman-teman Masashi Kishimoto menyukai Doraemon dan menggambar karakter-karakternya. Kishimoto-sensei adalah yang paling perfeksionis. Ia menunjukkan bagian mana yang salah pada gambar teman-temannya dan menunjukkan cara menggambar yang benar.


“Jika sekarang aku berpikir tentang itu, tentu saja aku adalah anak yang menyebalkan!” jelas Kishimoto.

Waktu beranjak SD, Masashi Kishimoto sangat suka menggambar. Selama sekolah ia mencoret buku catatannya dengan gambarannya, bahkan ia tetap menggambar saat ia sedang bermain petak umpet dengan teman-temannya sambil menunggu ditangkap. Anime favorit Kishimoto-sensei adalah Doraemon, sampai suatu hari ia melihat Mobile Suit Gundam, semua yang ia gambar adalah karakter dari anime tersebut.

Menjelang kelulusan SD, Kishimoto sangat tergila-gila pada Dragon Ball, manga paling terkenal dari Akira Toriyama-sensei. Kishimoto-sensei sempat memberi perenyatakan betapa ia sangat terobsesi pada Toriyama-sensei, “Beliau bagaikan dewa bagiku, aku selalu menggambar tiap karakter yang bermunculan dalam Dragon Ball.” Dan akhirnya Masashi Kishimoto membuat keputusan yang tidak akan ia sesali. Ia mulai dengan berpikir “Manga itu luar biasa” dan ia ingin menjadi mangaka populer seperti Akira Toriyama. Kishimoto membuat karya pertamanya yang berjudul “Hiatari-kun”, tentang seorang remaja ninja.

Pada suatu hari ia melihat poster yang menurutnya sangat bagus. Gambar itu ternyata adalah “Akira” karya Katsuhiro Ootomo.Kishimoto mulai menggambar “Akira”, dan gaya gambarnya berubah banyak. Tapi, betapa banyakpun ia mencoba meniru, ia tidak bisa. Mustahil untuk ditiru. Efek, desain, dan setiap detil gambar tersebut amat berbeda dari mangaka lain. Akhirnya Kishimoto-sensei menyadari, karya yang hebat adalah karya original, dan meniru gambar orang lain tidak berguna.

Kishimoto mencoba menggambar dengan cirinya sendiri, tetapi ia tetap tidak bisa. Ia pun akhirnya menyerah dan mengahabiskan sepanjang masa SMPnya untuk meniru gambar Ootomo-sensei.

Kishimoto tidak menyerah dan membuat banyak komik lagi. Tetapi komiknya selalu saja tidak bagus. Ia heran mengapa komiknya tidak bagus dan apa yang membuat komik orang lain bisa lebih bagus?Karena ia menghabiskan waktunya untuk mencari jawaban tersebut, Kishimoto lulus SMA dengan peringkat 38 dari 39 siswa. Keaaan menjadi serba salah. Tidak pandai menggambar komik, juga tidak pintar di sekolah, lalu akan jadi apa ia nanti? Masashi Kishimoto tidak menyerah dan berusaha lebih keras untuk menjadi mangaka Jump. Jika sekarang Kishimoto mengingat kembali semuanya, Ia tidak banyak berpikir, “Yah, semua akan berhasil!. Syukurlah karena aku bodoh!”

Sekarang Masashi Kishimoto berhasil meraih impiannya menjadi Mangaka Jump yang terkenal, komiknya tentang ninja yaitu Naruto .Masashi Kishimoto menjadi mangaka terkenal semenjak karyanya, Naruto sukses besar baik di Jepang sendiri ataupun di negara-negara lain. Pada tahun 1999 Naruto pertama kali dipublikasikan di Shounen jump membuat Kishimoto menerima penghargaan hop step. Saudara kembar Masashi Kishimoto, Seishi Kishimoto juga merupakan seniman manga dengan karyanya yang terkenal 666 Satan.

Pengemis Indonesia terKAYA

Cak To,  Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.


Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto . Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.

Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.

Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.

Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.

Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V keluaran 2004 bewarna biru metalik.

Penampilan emang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.

Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya mantap.

Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun.
Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya..

Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),” tegasnya.

Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.

Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya.

Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenangnya.

Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.

Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng.

Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.

Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.

Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.

Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…

Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.
Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.

Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya.

Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya.

Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010

Minggu, 06 Juni 2010

New York Family June Cover - Maurice DuBois

Check out the featured "Big Story" in this month's New York Family magazine. I had the pleasure of photographing Maurice DuBois for the cover and he was a true gentleman and class act. His son Brandon was the biggest smiler you've ever seen and his wife Andrea was so nice. Even though the focus was on the cover shot, we treated the morning like a "walk in the park" which gave the overall vibe of the images a super relaxed and fun feel.

cover photo of Maurice Du Bois photographed by top New York Photographer Michael Jurick

cover photo of Maurice Du Bois photographed by top New York Photographer Michael Jurick

Kamis, 03 Juni 2010

The Bowery Presents The Beach at Governors Island with Michael Franti & Spearhead

Imagine for a moment, a pristine sunset with picture perfect weather to kick off the summer concert season in NYC. Now imagine your feet in the sand, taking in great music with lower Manhattan as the backdrop - together with Michael Franti & Spearhead and Trombone Shorty shakin' your groove thang. They kicked off the Bowery Presents concert series at the beach on Governors Island. We strongly recommend taking your loved one or friends for a night on the town - it's only a 2 minute water taxi ride from lower Manhattan. Check out these photos - they tell it all...

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

photos of Governors Island and Michael Franti & Spearhead by top New York Photographer Michael Jurick

Metal Print Auction of Eric Krasno at Benefit Concert

Michael Jurick will be donating a stunning 11x14 high gloss float-mounted metal print of Eric Krasno to the The Hole In The Wall Gang Camp Benefit show on June 10, 2010.

The metal print will be autographed by Michael and raffled off at the benefit concert featuring Eric Krasno & Chapter 2 at Sullivan Hall next Thursday June 10.

photo of Eric Krasno by top New York Photographer Michael Jurick

Founded by Paul Newman in 1998, The Hole In The Wall Gang Camp is a special place where children with serious and life threatening illnesses can experience the joy of summer camp free of charge. Each summer over 1,000 children attend camp. In addition, over 15,000 children are served by the Camp's Outreach Program that brings the joy and spirit of Camp to hospitalized children. For more information about the Camp, please visit www.holeinthewallgang.org.

Founding member and guitarist of beloved bands Soulive and Lettuce, Eric Krasno is well-known throughout jazz, funk, and hip-hop circles, Krasno has worked with jazz icons Joshua Redman, Dr. Lonnie Smith and Chaka Khan as well as hip-hop visionaries 50-Cent, GZA and Talib Kweli. Krasno will take the music of his new album "Reminisce" to Sullivan Hall with his new band, Chapter 2, featuring Krasno on guitar and vocals, Nigel Hall on vocals and keys, Adam Deitch on drums, and Louis Cato on bass and vocals

If you are unable to attend the event and would like to make a donation to the Camp, please do so at www.holeinthewallgang.org/krasnoconcert.

This is a very special cause for us and we thank you very much for your support and friendship.

Get tickets to this super cool event here:

$20 in advance on www.ticketweb.com
$25 day of show at Sullivan Hall box office
$50 VIP ticket includes preferred seating and complimentary cocktail - available at www.holeinthewallgang.org/krasnoconcert